Sabtu, 22 Oktober 2016

Logoterapi

LOGOTERAPI


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah teori dan pendekatan konseling yang diampu oleh Nuraini Siregar, M.Pd.






Disusun Oleh :

Dyah Eko Susilowati              (1301015040)
Diah Madya Puspitasari                   (1301015034)






PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA

2016



KATA PENGANTAR
                                           
Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang merupakan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing Mata Kuliah Teori dan Pendekatan Konseling.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Nuraini Siregar M.Pd selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Teori dan Pendekatan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka Jakarta, yang telah membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Terima kasih penulis sampaikan pula kepada orang tua penulis, yang dalam kerinduan selalu memberi motivasi belajar kepada penulis, juga tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang memberikan semangatnya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan penulisan ini sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan penulisan ini.

Jakarta, 15 Maret 2016


Penulis



A.      Latar Belakang
Kebutuhan akan Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan individu. Karena individu merupakan pribadi yang unik yang sedang berkembang kearah kematangan. Dampak modernisasipun menjadi salah satu latar belakang perlunya Bimbingan dan Konseling. Karena dampak dari modernisasi itu yang dapat memunculkan problema sosial dan pribadi. Problema yang muncul dilatar belakangi oleh banyak faktor, salah satu faktor yang berperan dalam era modernisasi saat ini adalah ketidak mampuan individu untuk memperoleh makna dalam hidupnya.
Ketidakbermaknaan hidup yang dirasakan individu adalah sebagai manifestasi atas tidak sanggupnya individu tersebut untuk mengambil hikmah/ makna dalam setiap permasalahan yang terjadi dalam hidupnya serta ketidak pahaman individu untuk menetapkan tujuan hidup agar dirinya dapat hidup dalam kebermaknaan.
Di era modernisasi saat ini, individu lebih cenderung untuk hidup dengan gaya hidup hendonis, yaitu memperoleh kepuasan jasmaniah dengan cara bersenang-senang secara berlebihan dan menenggelamkan diri dalam pekerjaan yang tiada henti-hentinya hanya untuk mengejar materi atau kepuasan jasmaniah tanpa memperhatikan aspek spiritualitasnya. Kekeringan aspek spiritual inilah yang menyebabkan permasalahan-permasalahan kompleks yang dialami individu.
Melihat fenomena ini, Viktor Emile Frankl sejak lama telah merintis dan mengembangkan sebuah aliran psikologi/psikiatri modern yang dinamakan logoterapi. Logoterapi ini mengemukakan mengenai pentingnya kebermaknaan hidup, mereka yang berhasil memperoleh kebermaknaan hidup akan mengalami hidup yang bermakna dan ganjaran dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan. Di lain pihak mereka yang tak berhasil menemukan makna dalam hidupnya akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna.


B.       Sejarah Perkembangan
Viktor Emile Frankl (1905-1997), seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater) keturunan Yahudi di Wina, Austria, pada tahun 1942 ditahan oleh tentara Nazi dan dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi bersama-sama ribuan orang Yahudi lainnya. Selama hampir tiga tahun menjadi tahanan tentara Nazi, Frankl pernah megalami menjadi penghuni kamp yang dikenal sebagai “kamp konsentrasi maut” tempat ribuan orang Yahudi yang tak bersalah menjadi korban keganasan sesama manusia. Setelah keluar dari kamp konsentrasi Frankl menulis berbagai buku dengan makna hidup sebagai tema sentral telaahnya serta merintis dan mengembangkan sebuah aliran psikologi/psikiatri modern yang dinamakan logoterapi pada tahun 1938.
Pemikiran Frankl mengenai logoterapi dipengaruhi oleh dan bereaksi terhadap sebagian ide Freud dan Adler. Di samping itu, ia dipengaruhi oleh para filsuf eksistensial seperti Heidegger, Jaspers, dan Scheler. Asal muasal logoterapi dapat dilacak balik ek perjuangan awalnya untuk menemukan makna di dalam eksistensinya. Frankl mengakui bahwa pada masa mudanya “Saya harus melewati neraka keputusasaan karena tidak menemukan makna dalam hidup, melewati nihilism total dan mendasr, sampai saya mampu mengembangkan imunitas terhadap nihilism. Saya mengembangkan logoterapi” (1988:166).
Frankl melontarkan istilah logoterapi pada 1920-an dan pada 1930-an menggunakan kata “Existenzanalyse”, analisis eksistensial, sebagai kata alternatif untuk logoterapi.
C.      Hakikat Manusia Menurut Pendekatan Logoterapi
Logoterapi Sebagai Filsafat Manusia  
Pandangan logoterapi tentang manusia dikenal sebagai Logophilosophy atau Filsafat Kehidupan.
Pertama, manusia merupakan kesatuan utuh dimensi-dimensi ragawi, kejiwaan, dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual. Dimensi-dimensi ini sebenarnya hanya dapat dibedakan, tetapi tak dapat dipisahkan satu sama lain selama manusia itu hidup.
Kedua, manusia memiliki dimensi spiritual di samping dimensi-dimensi ragawi dan kejiwaan (termasuk sosial-budaya) yang satu sama lainnya terintegrasi dan tak terpisahkan.  Dimensi spiritual adalah sumber dari potensi, sifat, kemampuan, dan kualitas khas insani, seperti hasrat untuk hidup bermakna, kreativitas, hati nurani, rasa keindahan, keimanan, religiusitas, intuisi, cinta kasih, kebebasan, tanggung jawab, rasa humor, dan kekuatan untuk bangkit dari segala kemalangan dan kendala hidup.
Ketiga, dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu melakukan self-detachment, yakni dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya, misalnya mengenali keunggulan dan kelemahan sendiri serta merencanakan apa yang kemudian akan dilakukannya.
Keempat, manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan fisik sekitarnya.
Perlu dijelaskan bahwa sebutan “spirituality” dalam pandangan logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan karena dimensi ini dimiliki manusia tanpa memandang ras, ideologi, agama, dan keyakinannya. Pengertian spirit dan dimensi spiritual dalam logoterapi dengan demikian bercorak antropologis dan bukan teologis. Viktor Frankl sendiri secara eksplisit meyatakan bahwa pandangannya mengenai spiritualitas ini bersifat sekuler. Untuk itu Frankl kemudian menggunakan istilah noetic sebagai padanan spirit atau spirituality, supaya tidak disalahpahami sebagai konsep agama. berbeda dari agama yang meninjau fenomena spiritual yang penting di dunia dan akhirat, logoterapi meninjaunya dari segi media. Dimensi spiritual adalah sumber kesehatan (the source of health) yang tidak pernah terkena sakit sekalipun orangnya menderita sakit secara fisik dan mental.

ALAM SADAR


INSTINCTT

NOETIC

                                                                ALAM TAK SADAR
 




Logoterapi memperluas konsep psikoanalisis mengenai sistem dan strata kesadaran ini dengan mengintegrasikan dimensi noetic di dalamnya. Dimensi noetic –seperti halnya insting- pada dasarnya tidak disadari, tetapi dapat disadari. Namun antara unsur insting dengan unsur noetic berbeda secara hakiki: insting lebih bercorak bio-psikologis, sedangkan noetic bercorak psiko-spiritual. Tentu saja sejak berada dalam alam tak sadar sampai ke alam sadar keduanya tidak bisa bercampur aduk karena berbeda karakteristik dan sumbernya.
Tindakan instingtif merupakan reaksi terhadap dorongan berbagai kebutuhan (need), misalnya kenikmatan (the will to power), dan aktualisasi diri (self actualization). Dalam hal ini tindakan manusia seakan-akan terdorong atau didorong (driven) oleh kebutuhannya. Di lain pihak tindakan-tindakan nooetik merupakan respons yang benar-benar disadari, misalnya untuk mengambil tanggung jawab, menerima komitmen, menentukan pilihan pribadi, dan melakukan transendensi diri. Semuanya terarah untk memenuhi motivasi utama manusia, yaitu kehendak untuk hidup bermakna. Dalam hal ini manusia berfungsi sepenuhnya sebagai pelaku dan pendorong yang secara sadar berusaha meraih hidup bermakna.
Logoterapi Sebagai Teori Kepribadian
Karakteristik Umum Teori Kepribadian Model Logoterapi
       Landasan teori kepribadian logoterapi bercorak eksistensial-humanistik. Artinya logoterapi mengakui manusia sebagai makhluk yang memiliki kebebasan berkehendak, sadar diri, dan mampu menentukan apa yang terbaik bagi dirinya sesuai dengan julukan kehormatan bagi manusia sebagai the self determining being. Selain itu manusia memiliki kualitas-kualitas insani (human qualities), yakni berbagai potensi, kemampuan, bakat, dan sifat yang tidak dapat pada makhluk-makhluk lain, seperti kesadaran diri, transendensi diri, memahami dan mengembangkan diri, kebebasan memilih, kemampuan menilai diri sendiri dan orang lain, spiritualitas dan religiusitas, humor dan tertawa, etika dan rasa estetika, nilai dan makna, dan sebagainya. Semuanya secara potensial terpatri dalam dirinya sejak awal kehidupan sebagai potensi dan kualitas-kualitas yang khas manusia.
       Teori kepribadian logoterapi bukan berorientasi masa lalu seperti halnya psikodinamik atau kini-dan-di-sini seperti pada pandangan behavioral, melainkan berorientasi pada masa mendatang karena makna hidup harus ditemukan dan hidup yang bermakna harus benar-benar secara sadar dan sengaja dijadikan tujuan, diraih, dan diperjuangkan.

Logoterapi Sebagai Teori Kepribadian
       Setiap orang selalu mendambakan kebahagian dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu ternyata tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memnuhi keinginannya untuk hidup bermakna. Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna dan ganjaran dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan. Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna. Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat menjelmakan gangguan neurosis, dan mengembangkan karakter-karakter totaliter dan konformis.
Penghayatan Hidup Tanpa Makna
       Penghayatan hidup tanpa makna ini bukan merupakan suatu penyakit, tetapi dalam keadaan intensif dan berlarut-larut tak diatasi dapat menjelmakan neurosis dan noogenik, karakter totaliter, dan karakter konformis.
a.    Neurosis noogenik merupakan suatu gangguan perasaan yang cukup menghambat prestasi dan penyesuaian diri seseorang.
b.    Karakter totaliter adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan untuk memaksakan tujuan, kepentingan, dan kehendaknya sendiri dan tidak bersedia menerima masukan dari orang lain.
c.    Karakter konformis adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan kuat untuk selalu berusaha mengikuti dan menyesuaikan diri kepada tuntutan lingkungan sekitarnya serta bersedia pula untuk mengabaikan keinginana dan kepentingan dirinya sendiri.

Penghayatan Hidup Bermakna
       Penghayatan hidup bermakna merupakan gerbang ke arah kepuasan dan kebahagiaan hidup. Artinya hanya dengan memenuhi makna-makna potensial yang ditawarkan oleh kehidupanlah penghayatan hidup bermakna tercapai dengan kepuasan dan kebahagiaan sebagai ganjarannya. Mereka yang menghayati hidup bermakna benar-benar tahu untuk apa mereka hidup dan bagaimana mereka menjalani hidup. Dalam tataran logoterapi, pribadi yang hidupnya bermakna dianggap sebagai gambaran kepribadian ideal.

Individu Bermasalah Menurut Logoterapi: Akibat Kegagalan Pencapaian Kebermaknaan Hidup.
Salah satu sindroma yang mulai menonjol di masyarakat modern adalah sindroma ketidakbermaknaan (syndrome of meaninglessness). Frankl menandai adanya dua tahapan pada sindroma ketidakbermaknaan tersebut.
Tahap awal sindroma ketidakbermaknaan adalah frustasi eksistensial, atau disebut juga dengan kehampaan eksistensial, yaitu suatu fenomena umum yang berkaitan dengan keterhambatan atau kegagalan individu dalam memenuhi keinginan akan makna. Menurut Frankl, frustasi eksistensial, merupakan suatu penderitaan batin yang berkaitan dengan ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan diri dan mengatasi masalah-masalah personalnya secara efisien.
Frankl mengemukakan bahwa pemunculan frustasi eksistensial berkaitan dengan suatu fenomena yanag umum dialami oleh manusia masa kini, yaitu tidak lagi memiliki kepastian mengenai apa yang harus diperbuatnya dan apa yang sepatutnya diperbuat. Frustasi eksistensial pada umumnya ditandai dengan kehilangan minat (serba bosan), kurang inisiatif ( apatis/ketidakmampuan mengambil prakarsa), serta perasaan hampa /gersang (tidak berarti), dan absurd (ragu akan maksud dan tujuan atau makna hidup mereka sendiri). Frustasi eksistensial, menurut Frankl mungkin tidak terlihat nyata dan terselubung dibalik berbagai upaya kompensasi dan kehendak yang berlebihan untuk berkuasa, bersenang-senang mencari kenikmatan seksual, bekerja, dan mengupulkan uang sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain perilaku dan kehendak yang berlebihan itu biasanya menutupi penghayatan hidup akan makna.
Tahapan yang kedua adalah neurosis noogenik yaitu suatu manifestasi khusus dari frustasi eksistensial.  Menurut Frankl, neurosis noogenik digunakan untuk menerangkan kategori neurosis pada dimensi noologis atau spiritual.
Neurosis noognik ini berkaitan dengan inti spiritual kepribadian, bukan menurut pengertian agama, melainkan suatu dimensi eksistensi manusia khususnya menunjuk pada konflik-konflik moral. Neurosis noogenik dapat termanifestasi dalam tampilan simtomatik yang berupa gambaran simtomatik neurosis psikogenik, seperti depresi, hiperseksualitas, alkoholisme, obsesionalisme, dan tindak kejahatan lainnya.

D.      Konsep Dasar Logoterapi
Kata “logos” dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan arti “makna”/ “logos” di sini berarti “spirit” –namun sekali lagi tanpa konotasi religius-, merupakan dimensi rohani (spirituality). Dimensi spiritual, yang berbeda dengan dimensi biologis dan psikologis ini, merupakan dimensi keunikan fenomena manusia berada. Hal ini dapat juga didefinisikan sebagai dimensi noologis., sedangkan “terapi” adalah terapi penyembuhan atau pengobatan.
Dengan demikian, Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi yang dilandasi dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi kerohanian, disamping dimensi ragawi dan  dimensi kejiwaan termasuk dimensi sosial. Lebih lanjut Logoterapi beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningfull life).
Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai kesatuan raga-jiwa-rohani yang takterpisahkan. Selain itu Logoterapi memusatkan perhatian pada kualitas-kualitas insani - seperti hasrat untuk hidup bermakna, hati nurani, kreativitas, rasa humor dan memanfaatkan kualitas-kualitas itu dalam pendidikan, terapi dan pengembangan kesehatan mental.
Asas - Asas Logoterapi
Pertama, hidup itu tetap memiiki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Setiap manusia selalu mendambakan hidupnya bermakna, dan selalu beruaha mencari dan menemukannya. Makna hidup apabila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini berarti dan mereka yang berhasil menemukan dan mengembangkannya akan merasaan kebahagiaan sebagai ganjarannya sekaligus terhindar dari keputusasaan. Sebenarnya makna hidup terdapat dalam kehidupan itu sendiri; makna hidup terpatri didalamya, baik dalam kondisi kehidupan senang ataupun susah.
Kedua, setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tak terbatas untuk menemukan sendiri makna hidupnya. Makna hidup dan sumber-sumbernya dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri, khususnya pada pekerjaan dan karya-bakti yang dilakukan, serta dalam keyakinan terhadap harapan dan kebenaran serta penghayatan atas keindahan, iman, dan cinta kasih.
Ketiga, setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap penderitaaan dan peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa diri sendiri dan lingkungan sekitar, setelah upaya mengatasinya telah dilakukan secara optimal tetap tidak berhasil. Tentu saja dengan mengambil sikap tepat dan bak, yakni sikap yang menimbulkan kebajikan pada diri sendiri dan orang lain serta sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma-norma lingkungan yang berlaku.
Ketiga asas itu tercakup dalam ajaran Logoterapi mengenai eksistensi manusia dan makna hidup sebagai berikut.
a.  Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.
b.      Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
c.  Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
d.      Hidup yang bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan, dan nilai-nilai bersikap
Eksistensi manusia menurut logoterapi ditandai oleh: kerohanian (spirituality), kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responsibility). Selain asas-asas dan ajaran tersebut logoterapi sebagai teori kepribadian dan terapi praktikal memiliki tujuan agar setiap pribadi:
a.       Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, agama dan keyakinan yang dianut.
b.  Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat, dan diabaikan, bahkan terlupakan.
c.       Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.

Landasan Filsafat Logoterapi
a.         The Freedom of Will (Kebebasan Berkehendak)
Kebebasan ini sifatnya bukan tak terbatas karena manusia adalah makhluk serba terbatas. Manusia sekalipun dianggap sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki juga keterbatasan aspek kejiwaan, bakat, sosial budaya, dan aspek kerohanian.
b.        The Will to Meaning (Hasrat untuk Hidup Bermakna)
Setiap orang menginginkan dirinya untuk menjadi orang yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan berharga di mata Tuhan dengan kehidupan yang sarat dengan kegiatan-kegiatan yangbermakna pula.
c.         The Meaning of Life (Hasrat untuk Hidup Bermakna)
Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia. Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan.
Skema Proses Penemuan Makna Hidup Menurut Bastaman
Pengalaman Tragis (Tragis Event)
Penghayatan Tak Bermakna (Meaningless Life)
Pemahaman Diri (Self Insight)
Penemuan Makna dan Tujuan Hidup (Finding Meaning and Purpose Of Life)
Pengubahan Sikap (Changing Attitude)
Keikatan Diri (Self Commitment)
Kegiatan Terarah dan Penemuan Makna Hidup (Directed Activities and  Fulifling Meaning)
Hidup Bermakna (Meaningful Life)
      
Kebahagiaan (Happiness)

       Sumber-Sumber Makna Hidup
a.       Creative values (nilai-nilai kreatif): kegiatan berkarya, bekerja, mecipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya serta penuh tanggung jawab. Pekerjaan hanyalah merupakan sarana yang memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan makna hidup; makna hidup tidak terletak pada pekerjaan tetapi lebih bergantung pada pribadi yang bersangkutan dalam hal ini sikap positif dan mencintai pekerjaan itu.
b.      Experiental values (nilai-nilai penghayatan): keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya. Tidak sedikit orang-orang yang merasa menemukan arti hidup dari agama yang diyakininya.  Cinta kasih dapat menjadikan pula seseorang menghayati perasaan berarti dalam hidupnya. Dengan mencintai dan merasa dicintai, seseorang akan merasakan hidupnya penuh dengan pengalaman hidup yang membahagiakan.
            Dalam hal-hal tertentu mencintai seseorang berarti menerima sepenuhnya keadaan orang itu seperti apa adanya serta benar-benar dapat memahami sedalam-dalamnya kepribadiannya dengan penuh pengertian. Cinta kasih senantiasa menunjukkan kesediaan untuk berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya kepada orang yang dikasihi, serta ingin menampikan diri sebaik mungkin di hadapannya. Erich Fromm, seorang pakar psikoanalisis modern, menyebutkan empat unsur dari cinta kasih yang murni, yakni perhatian (care), tanggung jawab (responsibility), rasa hormat (respect), dan pengertian (understanding).
c.       Attitudinal values (nilai-nilai bersikap), yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi, seperti sakit yang tak dapat disembuhkan, kematian, dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal.

E.       Metode dan Teknik Konseling Logoterapi
Logoterapi tidak hanya mengemukakan asas-asas dan filsafat manusia yang bercorak humanistic eksistensial, tetapi juga mengembangkan metode dan teknik-teknik terapi untuk mengatasi gangguan-ganggguan neurosis, somatogenik, neurosis psikogenik, dan neurosis noogenik. Untuk neurosis somatogenik, yakni gangguan-gangguan perasaan yang berkaitan dengan ragawi, logoterapi mengembangkan metode Medical Ministry, sedangkan terapi neurosis psikogenik yang bersumber dari hambatan-hambatan emosional dikembangkan teknik Paradoxical Intention dan Dereflection. Selanjutnya untuk neurosis noogenik yakni gangguan neurosis yang disebabkan tidak terpenuhinya hasrat untuk hidup bermakna, logoterapi mengembangkan Existential Analysis/logoterapi.
a.         Paradoxical Intention
Teknik paradoxical Intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri dan lingkungan. Teknik ini juga memanfaatkan salah satu kualitas khas manusia lainnya, yaitu rasa humor. Dalm penerapannya teknik ini membantu pasien untuk menyadari pola keluhannya, mengambil jarak atas keluhannya itu serta menanggapinya secara humoristis. Contoh kasus: fobia.
b.        Dereflection
Dereflection memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada setiap manusia dewasa. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluhannya dan memandangnya secara ringan, kemudian mengalihkan perhatian kepada hal-hal bermanfaat. Contoh kasus: frigiditas, insomnia.
       

c.         Medical Ministry
Pendekatan ini memanfaatkan kemampuan untuk mengambil sikap terhadap kondisi diri dan lingkungan yang tak mungkin diubah lagi, medical ministry merupakan perealisasian dari nilai nilai bersikap sebagai salah satu sumber makna hidup. Tujuan utama metode medical ministry membantu seseorang menemukan makna dari penderitaannya. Contoh kasus: depresi pasca amputasi.
d.        Existential Analysis/Logoterapi
Dengan metode ini terapis membantu penderita neurosis noogenik dan mereka yang mengalami kehampaan hidup untuk menemukan sendiri makna hidupnya dan mampu menetapkan tujuan hidup secara lebih jelas. Makna hidup ini harus mereka temukan sendiri dan tak dapat ditentukan oleh siapapun, termasuk oleh logoterapis.
Elisabeth Lukas menjabarkan pendekatan ini atas empat tahap:
a.       Mengambil jarak atas symptom: konselor membantu menyadarkan konseli bahwa symptom sama sekali tidak mewakili dirinya. Symptom tidak lain hanyalah kondisi yang dimiliki dan dapat dikendalikan.
b.      Modifikasi sikap: konselor –tanpa melimpahkan pandangan dan sikap pribadinya- membantu konseli untuk mendapatkan pandangan baru atas diri sendiri dan situasi hidupnya, kemudian menentukan sikap baru untuk mengembangkan rasa percaya diri dalam mencapai kehidupan yang lebih sehat.
c.       Pengurangan symptom: konselor membantu konseli menerapkan teknik-teknik logoterapi untuk menghilangkan atau sekurang-kurangnya mengurangi dan mengendalikan sendiri keluhan dan simptomnya.
d.      Orientasi terhadap makna: konselor bersama konselinya membahas nilai dan makna hidup secara potensial ada dalam kehidupan klien, kemudian memperdalam dan menjabarkannya menjadi tujuan-tujuan yang lebih konkret.


F.            Peran Konselor dalam Logoterapi
Berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan Frankl untuk memfokuskan pada isu-isu makna:
a.         Mengajarkan pentingnya bertanggung jawab atas makna: Frankl melihat bahwa tugasnya adalah membantu klien mencapai aktivasi kehidupan yang setinggi-tingginya. Ia mengungkapkan pandangannya bahwa kehidupan manusia, dalam keadaan apapun, tidak akan pernah tidak memiliki makna. Konseli perlu belajar bahwa mereka selalu bertanggung jawab untuk mendeteksi makna sebagai situasi spesifik dalam kehidupannya yang unik. Logoterapi mengajari konseli untuk melihat hidupnya sebagai sebuh tugas. Bagi logoterapis yang bekerja dengan konseli-konseli religius, ini dapat dilakukan satu langkah lebih jauh dalam arti bahwa mereka membantu konseli untuk melihat bahwa konseli bukan hanya bertanggung jawab untuk memenuhi tugas hidupnya, namun juga bertanggung jawab kepada sang pemberi tugas.
b.        Membantu klien untuk mendengarkan kata hatinya: Frankl sering mengatakan bahwa makna harus ditemukan dan tidak dapat diberikan. Konseli dipandu oleh kata hatinya dalam pencarian maknanya. Mereka membutuhkan kata hati yang awas jika mereka “ingin mendengarkan dan mematuhi sepuluh ribu tuntutan dan perintah yang tersembunyi dalam sepuluh ribu situasi yang dihadapi hidupnya” (Frankl,1975a: 120). Meskipun terapis tidak dapat memberikan makna kepada konseli, terapis dapat memeberikan contoh-contoh eksistensial dari komitmennya pada pencarian makna.
c.         Menanyai konseli tentang makna: terapis dapat menanyai klien tentang pencapaian-pencapaian kreatif yang pernah mereka wujudkan dan mendukung konseli saat ia mencari jawabannya. Konseli juga dapat mengeksplorasi dan mengidentifikasi makna di dalam hubungan-hubungan dan di dalam penderitaan mereka.
d.        Memeperluas wawasan tentang sumber makna: logoterapis dapat membantu konseli untuk mendapatkan pandangan yang lebih luas tentang sumber makna. Frankl (1955) mengutip seorang klien yang mengatakan bahwa hidupnya tanpa arti bahwa ia akan merasa lebih baik jika dapat menemukan pekerjaan yang bisa membuatnya merasa puas akan hidupnya, misalnya menjadi dokter atau perawat. Frankl membantunya utuk melihat bahwa bukan hanya pekerjaan yang dilakukannya, namun juga sikapnya terhadap bagaimana ia melakukan pekerjaan yang memungkinkannya mendapatkan kesempatan unik untuk merasakan kepuasan. Lebih jauh, dalam kehidupan pribadinya di luar pekerjaannya, ia mestinya dapat menemukan makna sebagai istri dan seorang ibu.
e.         Memunculkan makna melalui pertanyaan Socratik: Frankl (1988) memberikan contoh seorang konseli perempuan yang mengungkapkan keresahannya tentang kefanaan hidup. Ia memintanya untuk mengidentifikasi seorang laki-laki yang prestasinya dihormati dan ia menyebutkan dokter keluarganay. Kemudai melalui serangkaian pertanyaan Frankl menuntunnya untuk mengakui bahwa, meskipun sang dokter dengan tetap mengingat utang budi mereka terhadapnya, makna kehidupan sang dokter tetap ada.
f.         Memunculkan makna melalui logodrama”: Frankl (1963) memberikan contoh memunculkan makna melalui “logodrama” dalam sebuah kelompok terapi. Seorang perempuan, yang dibawa ke kliniknya setelah mencoba bunuh diri, telah kehilangan putranya yang meninggal pada umur 11 tahun dan ia sekarang hidup sendirian bersama putranya yang lebih tua yang mengalami kelumpuhan infantile. Frankl pertama-tama meminta seorang perempuan lain dalam kelompok itu untuk membayangkan bahwa ketika dirinya berumur 80 tahun dan menengok kembali ke kehidupannya yang tidak dikarunia seorang anak pun, namun penuh dengan kesuksesan fianansial dan prestis. Perempuan tersebut mengakhirinya dengan mengatakan bahwa hidupnya tidak memiliki tujuan. Frankl kemudian meminta si ibu yang beranak cacat itu untuk menengok kebelakang seperti yang dilakukan perempuan yang pertama. Ia kemudian menyadari bahwa hidupnya penuh makna karena ia telah memberikan kemungkinan hidupnya yang lebih baik dan lebih utuh keadaan putranya yang cacat.
g.        Menawarkan makna: logoterapis daapt menawarkan saran-saran tentang makna berbagai situasi. Frankl memberikan contoh seorang dokter tua yang menagalami depresi berat, yang tidak dapat mengatasi kedukaannya akibat kematian istrinya diua tahun silam. Pertama, Frankl menanyakan kepadanya, apa yang akan terjadi seandainya dia yang lebih dahulu meninggal. Si dokter menjawab bahwa istrinya pasti akan sangat menderita. Atas jawaban itu Frankl mengatakan: “Anda lihat, Dokter, istri anda telah terbebaskan dari penderitaan itu, dan Andalah yang telah membebaskannya dari penderitaan; tetapi, sekarang Anda harus membayar untuk itu dengan tetap hidup dan berduka atas kematiannya.
G.      Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Logoterapi
Kelebihan Logoterapi
a.         Teknik ini dapat digunakan bagi konseli yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri.
b.        Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
c.         Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan bertanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tugas hidupnya (adanya kebebasan konseli untuk mengambil keputusan sendiri).
Kekurangan Logoterapi
       Ada beberapa konseli yang tidak dapat menunjukan makna hidupnya sehingga timbul suatu kebosanan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat apatis, perasaan tanpa makna, hampa, gersang, merasa kehilangan tujuan hidup, meragukan kehidupan. Sehingga menyulitkan konselor untuk melakukan terapi kepada klien tersebut.



H.      Implementasi Pendekatan Logoterapi di Sekolah
Implementasi pendekatan logoterapi dapat diimplementasikan ketika memberikan layanan konseling individual. Konseling logoterapi merupakan konseling individual untuk masalah ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Jadi, bukan untuk problema eksistensial dan patologis berat yang memerlukan bantuan psikoterapi.
Dalam konseling ini, khususnya dalam proses penemuan makna hidup, terapis bertindak sebagai rekan yang berperan serta yang sedikit demi sedikit menarik keterlibatannya bila konseli telah mulai menyadari dan menemukan makna hidupnya.
Komponen-Komponen Konseling
Dalam konseling logoterapi usaha meningkatkan kesadaran atas kualitas dan kemampuan pribadi –seperti pemahaman diri, pengubahan sikap, pengarahan diri, tanggung jawab, komitmen, keimanan, cinta kasih, hati nurani, penemuan makna hidup- merupakan hal-hal pentinggkatkan kesadaran atas kualitas dan kemampuan pribadi –seperti pemahaman diri, pengubahan sikap, pengarahan diri, tanggung jawab, komitmen, keimanan, cinta kasih, hati nurani, penemuan makna hidup- merupakan hal-hal penting yang menenntukan keberhasilan konseling. Selain itu, klien disadarkan  pula atas rasa tanggung jawab untuk mengubah sikap dan perilakunya menjadi lebih baik dan lebih sehat serta bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Aplikasi Konseling Logoterapi
Teknik dan tahap-tahap konseling logoterapi pada dasarnya sejalan dengan proses dan tahap-tahap konseling pada umumnya, sedangkan komponen-komponen logoterapi sebagai kualitas-kualitas insani yang dibahas selama konseling.
Tahap perkenalan dan pembinaan raport diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan membina rapport yang makian lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah penghargaan pada sesame manusia, ketulusan hati dan pelayanan.  Berbeda dengan konseling lain yang cenderung membiarkan konseli “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya, dalam logoterapi konseli sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan.
Pada tahap pembahasan bersama, konselor dan konseli bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menenemukan arti hidup sekalipun dalma penderitaan.
Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku konselor. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan symptom.          
Logoterapi dapat digunakan pula sebagai metode pengembangan diri perserta didik seperti yang dikembangkan oleh James C. Crumbaugh, salah seorang pengikut Viktor Frankl di Amerika Serikat yang namakan “logoanalisis” yaitu sebuah model pelatihan pengembangan personal.
Kelima metode logoanalisis adalah sebagai berikut:
a.         Pemahaman diri: mengenali secara objektif kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan diri senidir, baik yang masih merupakan potensi maupun yang sudah teraktualisasi, kemudian kekuatan-kekuatan itu dikembangkan dan ditingkatkan serta kelemahan-kelemahan dihambat dan dikurangi.
b.        Bertindak positif: mencoba menerapkan dan melakanakan hal-hal yang dianggap baik dan bermanfaat dalam perilaku dan tindakan-tindakan nyata sehari-hari.
c.         Pengakraban hubugan: meningkatkan hubungan baik dengan pribadi-pribadi tertentu (misalnya anggota keluarga, teman, rekan sekerja), sehingga masing-masing saling mempercayai, saling memerlukan satu dengan lainnya, serta saling membantu.
d.        Pendalaman Catur-nilai: berusaha memahami dan memenuhi empat macam nilai yang merupakan sumber makna hidup, yaitu nilai kreatif (kerja, karya, mencipta); nilai penghayatan (kebenaran, keindahan, kasih, iman); nilai bersikap (menerima dan mengambil sikap yang tepat terhadap derita yang tidak dapat dihindari lagi); nilai pengharapan (percaya adanya perubahan yang lebih baik di masa mendatang).
e.         Ibadah: berusaha memahami dan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Tuhan dan mencegah diri dari apa yang di larang-Nya. Ibadah yang khusyuk sering mendatangkan perasaan tenteram dan tabah, serta menimbulkan perasaan mantap seakan-akan mendapat bimbingan dan petunjuk-Nya dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.

I.         Simpulan
Logoterapi mengajarkan bahwa setiap kehidupan individu mempunyai maksud, tujuan, makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita. Namun kalaulah hidup diisi dengan penderitaan pun, itu adalah kehidupan yang bermakna, karena keberanian menanggung tragedi yang tak tertanggungkan merupakan pencapaian atau prestasi dan kemenangan.
Banyak orang mengatakan bahwa logoterapi Viktor E. Frankl sangat dekat dengan ajaran agama (spiritual), atau juga bisa merupakan “agama sekuler”. Bagi Frankl makna hidup adalah daya yang membimbing eksistensi manusia, sebagaimana para Nabi membimbing umatnya. Frankl menggabungkan wawasan dari agama-agama dan filsafat-filsafat lama, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadinya selama tiga tahun yang kelam di kamp Nazi yang dituangkan dalam suatu teori psikoterapi, ajaran tersebut dinamakan dengan logoterapi.

J.        Saran
Bagi Konselor sangat penting untuk terlebih dahulu memahami ajaran logoterapi dan menghayati makna atas setiap peristiwa yang terjadi pada dirinya, baik itu peristiwa yang menyenangkan maupun menyakitkan agar nantinya ia mampu membantu konseli untuk menemukan makna hidupnya.



DAFTAR PUSTAKA
Bastaman, H.D. 2007. “Logoterapi: Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Gerald, Corey. 2007. “Teori dan Praktek Konseling”. Bandung: PT. Refika Aditama.

Nelson, Richard Jones. 2011. “Teori dan Praktik Konseling dan Terapi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.




1 komentar:

  1. How to Make Money From Your Career
    Making Money from Home หาเงินออนไลน์ is the easiest way to make money from the workplace. It is the simple one. That is to make a living at home, and your

    BalasHapus